Banner 468 x 60px

 

Pengembangan Kurikulum

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan dibutuhkan yang namanya kurikulum, dimana kurikulum disini yang membantu dalam mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Berbagai jenis dalam pengembangan kurikulum dipakai oleh pemerintahan Indoesia dalam mencapai cita-cita bangsa yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mencetak generasi penerus bangsa. Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan hanya karena kelebihan-kelebihan tetapi sesuai dengan sistem pendidikan dan pengolaan yang sifatnya sentralisasi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan model-model pengembangan kurikulum ?
2.      Bagaimana bentuk model-model pengembangan kurikulum dalam pendidikan ?
3.      Apa fungsi model-model pengembangan kurikulum bagi guru?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian model-model pengembangan kurikulum.
2.      Untuk mengetahui bagaimana bentuk model-model pengembangan kurikulum dalam pendidikan.
3.      Untuk mengetahui fungsi model-model pengembangan kurikulum bagi guru.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Model-model Pengembangan Kurikulum
Model pengembangan kurikulum adalah berbagai bentuk atau model yang nyata dalam penyusunan kurikulum yang baru ataupun menyempurnakan kurikulum yang telah ada.
Pengembangan kurikulum tidak lepas dari berbagai aspek yang mepengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain, menerapkan, dan mengevaluasi suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembeajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan an standar keberhasilan dalam pendidikan.
Pengembangkan kurikulum secara baik, pengembangan kurikulum semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum dalam tulisan ini yaitu langkah atau prosedur sistematis dalamproses penyusunan suatu kurikulum[1].
Manfaat model adalah sebagai berikut :
1.      Model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia.
2.      Model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian.
3.      Model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks
4.      Model dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan[2].


B.     Model-model Pengembangan Kurikulum
1.      Model Administratif
Model ini disebut juga dengan istilah dari atas ke bawah (top down), yaitu pengembangan kurikulum ini ide awal dan pelaksanaannya dimulai dari pejabat tingkat atas pembuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum dilaksanakan sebagai berikut:
a.       Atasan membentuk tim yang terdiri atas para pejabat teras yang berwenang (pengawas pendidikan, kepsek, dan pengajar inti).
b.      Tim merencanakan konsep rumusan tujuan umum dan rumusan falsafah yang diikuti.
c.       Dibentuk beberapa kelompok kerja yang anggotanya terdiri atas para spesialis kurikulum dan staf pengajar yang bertuugas untuk merumuskan tujuan khusus, GBPP, dan kegiatan belajar.
d.      Hasil kerja dari butir 3 direfisi oleh tim atas dasar pengalaman atau hasil try out.
e.       Setelah  try out yang dilakukan oleh beberapa kepala sekolah, dan telah direvisi seperlunya, baru kurikulum tersebut diimpelementasikan[3].

2.         Model Tyler
Model pengembangan ini tidak menyebutkan langkah-langkah konkret dalam pengembangan kurikulum. Tyler hanya memberikan dasar-dasarnya saja. Model pengembangan ini dapat dilihat pada tahapan berikut:
a.       Objectives yaitu tujuan pendidikan apa yang diharapkan untuk dicapai.
b.      Selecting learning experiences yaitu pengelaman belajar apa yang akan diperoleh guna mencapai tujuan yang dimaksud.
c.       Organizing learning experiences yaitu bagaimana mengorganisasi pengalaman belajar yang akan diberikan.
d.      Evaluation  yaitu bagaimana untuk mengetahui bahwa tujuan pendidikan telah dicapai[4].

3.      Model Grass Roots
Model pengembanga ini kebalikan dari model admistratif. Model  grass Roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah. Dalam prosesnya pengembangan kurikulum ini diawali atau dimulai dari gagasan guru-guru sebagai pelaksana pendidikan disekolah[5]. Langkah-langkahnya :
a.       Inisiatif pengembangan datangnya dari bawah ( para pengajar)
b.      Tim pengajar dari beberapa sekolah ditambah nara sumber lain dari orang tua peserta didik atau masyarakat luas yang relevan.
c.       Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan.
d.      Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah dirintisnya diadakan lokal karya untuk mencari input yang diperlukan.
4.      Model Taba (inverted model)
Model taba merupakan modifikasi dari model Tyler.Menurutnya pengembangan kurikulum yang lebih mendorong inovasi-inovasi dan kreativitas guru-guru adalah yang bersifat induktif.
Ada 5 langkah pengembangan kurikulum model Taba :
a.       Menghasilkan unit-unit percobaan melalui mendiagnosis kebutuhan, memformulasikan tujuan, memilih isi, mengorganisasi isi, dan lain-lain.
b.      Menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan validitas dan kelayakan penggunaannya.
c.       Merevisi dan mengonsolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data-data yang diperoleh dalam uji coba.
d.      Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
e.       Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji[6].

5.      Model oliva
Menurut oliva suatu model kurikulum harus bersifat simpel, komprehensif dan sistematik. Langkah-langkah pengembangan kurikulum dengan model ini tampak pada langkah-langkah berikut:
a.       Merumuskan filosofi, sasaran serta visi dan misi lembaga pendidikan yang kesemuanya itu bersumber dari analisis kebutuhan siswa dan kebutuhan masyarakat.
b.      Analisis kebutuhan masyarakat dan analisis materi yang akan diberikan oleh lembaga. Melalui analisis kebutuhan masyarakat dapat ditentukan materi yang akan diberikan sehingga pada praktiknya keduanya dapat bersinergi untuk mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.
c.       Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum yang didasarkan pada kebutuhan siswa dan masyarakat kemudian mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan kurikulum.
d.      Menjabarkan kurikulum dalam bentuk perumusan tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran.
e.       Setelah menetapkan tujuan pembelajaran, maka selanjutnya adalah menetapkan strategi yang mungkin di gunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
f.       Setelah strategi diimplementasikan, yang dilakukan selanjutnya adalah menyempurnakan alat dan teknik penilaian.
g.      Teknik penilaian yang telah ditetapkan dapat memperoleh masukan guna perbaikan setelah teknik tersebut diterapkan pada pelaksanaan atau implementasi kurikulum[7].

6.      Model Beauchamp
Model ini dikembangkan oleh G. A Beauchamp (1964). Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a.       Suatu gagasan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan dikelas, diperluas disekolah, disebar luaskan disekolah-sekolah di daerah tertentu baik berskala regional maupun nasional yang disebut arena.
b.      Membentuk tim pengembang yang terdiri atas ahli kurikulum, para ekspot, staf pengajar, petugas bimbingan dan narasumber lain.
c.       Tim penyusun tujuan pengajaran, materi, dan pelaksanaan proses belajar mengajar.
d.      Melaksanakan kurikulum disekolah.
e.       Mengevaluasi kurikulum yang telah berlaku[8].

7.      Model Wheeler
Menurut Wheeler, pengembangan kurikulum merupakan sebuah siklus yang harus terus berulang demi terciptanya kurikulum yang progresif dari masa ke masa. Pengembangan kurikulum menurut Wheeler terdiri atas lima tahapan :
a.       Menentukan tujuan umum yang bersifat filosofis dan menentukan tujuan khusus yang bersifat praktis.
b.      Menentukan pengalaman belajar yang akan didapat oleh siswa.
c.       Menentukan isi/materi sesuai dengan pengalaman belajar .
d.      Mengorganisasikan pengalaman dan bahan ajar.
e.       Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan[9].
  
8.      Model Nicholls
Dalam bukunya, nicholss menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemen-elemen kurikulum yang membentuk siklus.
Model pengembangan kurikulum ini menggunakan siklus seperti model Wheeler. model ini digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh perubahan siatuasi. Ada lima langkah pengembangan kurikulum:
a.       Analisis situasi
b.      Menentukan tujuan khusus
c.       Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran
d.      Menentukan dan mengorgnisasi metode
e.       Evaluasi[10].

9.      Model Dynamic Skilbeck
Menurut Skilbeck, model pengembangan kurikulum yang ia namakan model dynamic, adalah model pengembangan kurikulum pada level sekolah (school Nased curiculum develomment). Menurutnya langkah-langkah pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
a.       Menganalisis situasi
b.      Mempermulasikan tujuan
c.       Menyusun program
d.      Interpretasi dan implementasi
e.       Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi[11].
  
10.  Model Miller-Seller
Model pengembangan kurikulum ini merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari model transmisi dan model transaksi, dengan tahapan pengembangan sebagai berikut:
a.       Klarifikasi orientasi kurikulum
b.      Pengembangan tujuan
c.       Indetifikasi model mengajar
d.      Implementasi[12].

C.    Fungsi Model-model Pengembangan Kurikulum bagi Guru
Menurut Oemar Hamalik pengembangan kurikulum adalah perencanaaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa kearah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hingga perubahan-perubahan itu terjadi pada diri siswa.
Sedangkan kesempatan belajar yang dimaksud adalah hubungan yang telah direncakan dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan peralatan, dan lingkungan dimana belajar yang diinginkan diharapkan terjadi.
Maka fungsi model pengembangan kurikulum bagi guru adalah :
1.      Sebagai pedoman bagi guru untuk memilih model pengembangan yang sesuai.
2.      Sebagai bahan pengetahuan untuk melihat lahirnya bagaimana sebuah kurikulum tercipta.
3.      Sebagai bahan untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan visi, misi, karakteristik dan sesuai dengan pengalaman belajar yang diharapkan atau dibutuhkan.
4.      Sebagai melihat bahan untuk melihat perbandingan dan keberhasilan tentang model pengembangan kurikulum yang digunakan suatu sekolah, yang nantinya diharapkan untuk memperbaiki kurikulum yang dilaksanakan[13].



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum, dimana dengan mempelajari model-model pengembangan kurikulum dapat memudahkan kita dalam pengembangan kurikulum.
Setiap model-model pengembangan kurikulum memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dan juga memiliki kelebihan-kelebihan serta kekurangan masing-masing.
Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum, sebaiknya perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengolaaan pendidikan. Dimana model pengembangan kurikulum ini sesuai dengan yang diharapkan.

B.     Saran
Sebagai tenaga professional guru dituntut untuk memiliki sejumlah pengetahuan yang berhubungan dengan Kurikulum. Dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, guru dapat mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada, dengan memilih model pengembangan kurikulum yang tepat sehingga pilihan tersebut dapat di implementasikan dalam pengembangan kurikulum di sekolah.



DAFTAR PUSTAKA

Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2011.
Dakir, Perencanaa dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Rineka Cipta, 2010
Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung. Remaja Rosdakarya, 2006
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : PT RosdaKarya, 2007
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT RosdaKarya, 2009.
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung : Remaja Rosdakarya. cet. ke-7, 2005
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Pt RajaGrafindo Persada, 2012
Wina Sanjaya, Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana, 2008.
           





[1]Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta : Pt RajaGrafindo Persada, 2012). Hlm. 78
[2]Wina Sanjaya, Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta : Kencana, 2008). Hlm. 82
[3]Dakir,Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. (Jakarta : Rineka Cipta, 2010). Hlm.105
[4]Ali Mudlofir, Aplikasi Pengambangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam.  (Jakarta : Rajawali Pers, 2011). Hlm 12-13.
[5]Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta : Pt RajaGrafindo Persada, 2012). Hlm. 82
[6]Wina Sanjaya, Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta : Kencana, 2008). Hlm. 88-89
[7]Ali Mudlofir, Aplikasi Pengambangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam.  (Jakarta : Rajawali Pers, 2011). Hlm 13-14.
[8]Dakir,Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. (Jakarta : Rineka Cipta, 2010). Hlm.106
[9]Ali Mudlofir, Aplikasi Pengambangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam.  (Jakarta : Rajawali Pers, 2011). Hlm 15-16.
[10]Wina Sanjaya, Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta : Kencana, 2008). Hlm. 95
[11]Ibid. Hlm 96.
[12]Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta : Pt RajaGrafindo Persada, 2012). Hlm. 83
[13]Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. (Bandung : PT RosdaKarya, 2009). Hlm. 45

0 komentar:

Posting Komentar