BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tingkah laku masyarakat yang beraneka
ragam mendorong para ahli ilmu jiwa untuk menyelidiki apa penyebab perbedaan
tingkah laku orang-orang dalam kehidupan bermasyarakat sekalipun dalam kondisi
yang sama. Selain itu, juga menyelidiki penyebab seseorang tidak mampu
mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Usaha ini kemudian
menimbulkan satu cabang ilmu jiwa yaitu kesehatan mental.
Ilmu kesehatan mental dalam arti mengerti, mampu mengaktualisasikan dirinya, maka seseorang tidak
akan mengalami bermacam-macam ketegangan, ketakutan, konflik batin. Selain itu,
ia melakukan upaya agar jiwanya menjadi seimbang dan kepribadiannya pun terintegrasi dengan
baik. Ia juga akan mampu memecahkan segala permasalahan hidup[1].
Terdapat beberapa istilah kesehatan mental dalam
Al-Qur`an dan Hadits seperti najat (keselamatan) fawz
(keberuntungan), falah (kemakmuran),
dan sa`adah (kebahagiaan) berikut dengan berbagai akar katanya. Bentuk
kebahagiaannya atau kesehatan mental meliputi yang berlaku di dunia ini dan
yang berlaku dalam kehidupan akhirat.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa Pengertian Kesehatan Mental dalam Psikologi
Islam ?
2.
Bagaimana Pola-pola Pemahaman Kesehatan
Mental ?
3.
Bagaimana Tanda-tanda Kesehatan Mental
dalam Islam ?
C.
Tujuan
Makalah
1.
Dapat mengetahui pengertian kesehatan
mental dalam psikologi islam
2.
Dapat mengetahui pola pemahaman
kesehatan mental
3.
Dapat mengetahui tanda-tanda kesehatan
mental dalam islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Mental
Istilah
kesehatan mental diambil dari konsep mental hygiene,
kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti kejiwaan. Kata mental
memiliki persamaan makna dengan kata psyhe
yang beerasal dari bahasa latin yang berarti psikis atau jiiwa, jadi dapat di
ambil kesimpulan bahwa mental hygiene
berarti mental yang sehat atau kesehatan mental.
Kesehatan mental adalah terhindarnya
seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis
(penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial). Zakiah Daradjat mendefinisikan
kesehatan mental dengan beberapa pengertian[2]:
1.
Terhindarnya
orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose)
dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
2. Kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana
ia hidup.
3.
Pengetahuan
dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala
potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa
kebahagiaan pada diri dan orang lain; serta terhindar dari gangguan-gangguan
dan penyakit jiwa.
4.
Terwujudnya
keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan
secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Seseorang dapat dikatakan sehat
tidak cukup hanya dilihat dari segi fisik, psikologis, dan sosial saja, tetapi
juga perlu dilihat dari segi spiritual atau agama
a.
Pengertian Kesehatan Mental Menurut Barat
Kesehatan mental sebagai salah satu
cabang ilmu jiwa sudah dikenal sejak abad ke-19, seperti di Jerman tahun 1875
M, orang sudah mengenal kesehatan mental sebagai suatu ilmu walaupun dalam bentuk sederhana.
Istilah “Kesehatan Jiwa (mental)” telah menjadi populer di kalangan orang-orang terpelajar, seperti
istilah-istilah ilmu jiwa lainnya; misalnya kompleks jiwa, sakit saraf dan hysteria; banyak diantara
mereka menggunakan kata-kata tersebut baik pada tempatnya atau tidak dalam
pengertian yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah dan istilah-istilah
tersebut[3].
Ditinjau dari etimologi, kata mental berasal dari kata latin mens atau
mentis yang berarti roh, sukma, jiwa atau nyawa.
Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang
mempelajari masalah kesehatan jiwa
atau mental yang
bertujuan mencegah timbulnya gangguan atau penyakit mental dan gangguan emosi,
dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental serta memajukan
kesehatan jiwa rakyat.
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala jiwa dan gejala penyakit jiwa. Jadi menurut definisi ini, seseorang
dikatakan bermental sehat bila orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit
jiwa yaitu adanya perasaan cemas tanpa diketahui sebabnya. Malas dan hilangnya
kegairahan bekerja pada seseorang. Bila gejala ini meningkat maka akan
menyebabkan penyakit anxiety, neurasthenis, atau hysteria dan sebagainya. Adapun orang sakit jiwa biasanya memiliki pandangan yang
berbeda dengan pandangan orang pada umumnya. Inilah yang kita kenal dengan
orang gila.
Kesehatan mental (mental hygiene) juga meliputi sistem tentang prinsip-prinsip,
peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk
mempertinggi kesehatan ruhani. Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang
dalam ruhani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, dan tenteram[4].
b.
Tanda
Kesehatan Mental Menurut Barat
Menurut Marie Jahoda pengertian kesehatan mental tidak hanya terbatas kepada absennya seseorang dari
ganguan dan penyakit jiwa, tetapi orang yang sehat mentalnya, juga memiliki
sifat atau karakteristik utama sebagai berikut:
1)
Memiliki sikap kepribadian terhadap diri sendiri dalam
arti ia mengenal dirinya dengan sebaik-baiknya.
2)
Memiliki pertumbuhan, perkembangan dan perwujudan diri.
3)
Memiliki integrasi diri yang meliputi keseimbangan jiwa
kesatuan pandangan dan tahap terhadap tekanan-tekanan kejiwaan yang terjadi.
4)
Memiliki otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur
kelakuan dari dalam ataupun kelakuan-kelakuan bebas.
5)
Memiliki persepsi mengenai realitas, bebas dari
penyimpangan kebutuhan, dan penciptaan empati serta kepekaan sosial.
c.
Pengertian Kesehatan Mental Menurut Islam
Pandangan islam tentang manusia dan
kesehatan mental, berbeda dangan aliran-aliran psikologi yang empat. Manusia
dalam pandangan Islam diciptakan oleh Allah dengan tujuan tertentu:
a.
Menjadi hamba Allah yang tugasnya mengabdi kepada Allah
SWT.
b.
Menjadi khalifah
Allah fi al-Ardh yang tugasnya mengolah alam dan memanfaatkannya untuk
kepetingan makhluk dalam rangka Ubudiyah kepada-Nya.
Tujuan tersebut dapat dicapai manusia dilengkapi dengan berbagai potensi
yang harus dikembangan dan dimanfaatkan sesuai dengan aturan Allah. Oleh karena
itu kesehatan mental dalam pandangan islam adalah pengembangan dan pemanfaatan
potensi-potensi tersebut semaksimal mungkin, dengan niat ikhlas
beribadah hanya kepada Allah.
Dari keempat aliran psikologi semuanya
mendasarkan teoti kesehatan mentalnya hanya pada konsep dasar manusia yang
sebenarnya belum utuh. Kekurang utuhan itu akan tampak bila diteliti
dengan seksama, ternyata keempat aliran tersebut membicarakan konsep
kepribadian manusia, namun belum menyinggung bagaimana kaitannya dengan Sang
Pencipta. Oleh karena itu orang kesulitan untuk menjawab bagaimana sebenarnya tentang konsep jiwa/mental yang sehat, tampaknya sulit ditentukan
jawaban yang tuntas. Masing-masing aliran belum mampu mengembangkan seluruh
potensi manusia, sehingga aliran humanistik dan transpersonal yang kajiannya
lebih sempurna mengenai manusia pun ternyata masih belum sempurna
menurut Islam.
Menurut pandangan Islam orang sehat
mentalnya ialah orang yang berprilaku, pikiran, dan perasaannya mencerminkan
dan sesuai dengan ajaran Islam. Ini berarti, orang yang sehat mentalnya ialah
orang yang didalam dirinya terdapat keterpaduan antara perilaku, perasaan,
pikiranya dan jiwa keberagamaannya. Dengan demikian, tampaknya sulit diciptakan
kondisi kesehatan mental dangan tanpa agama. Bahkan dalam hal ini Malik B.
Badri berdasarkan pengamatanya berpendapat,
keyakinan seseorang terhadap Islam sangat berperan dalam membebaskan jiwa dari
gangguan dan penyakit kejiwaan. Disinilah peran penting Islam dalam membina
kesehatan mental[6]. Zakiah Daradjat merumuskan
pengertian kesehatan mental dalam pengertian yang luas dengan memasukkan aspek
agama didalamnya seperti berikut:
Kesehatan mental adalah terwujudnya
keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan yang terciptanya
penyesuaian diri antara manusia dangan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup
yang bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat.
d.
Tanda
Kesehatan Mental Menurut Islam
Pengertian sederhana, mental itu sudah dikenal sejak manusia
pertama (Adam), karena Adam as merasa berdosa
yang menyebabkan jiwanya gelisah dan hatinya sedih. Untuk menghilangkan
kegelisahan dan kesedihan tersebut, ia bertaubat kepada Allah dan taubatnya
diterima serta merasa lega kembali. Musthafa Fahmi, sebagaimana yang dikutip
oleh Muhammad Mahmud, menemukan dua pola dalam kesehatan mental:
Pertama, pola negatif (salabiy),
bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala neurosis (al-amarah al-ashabiyah) dan psikosis (al-amaradh al-dzibaniyah).
Kedua, pola positif (ijabiy),
bahwa kesehatan mental adalah kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap
diri sendiri dan terhadap lingkungan sosialnya. Pola yang kedua ini lebih umum
dan lebih luas dibandingkan dengan pola pertama[7].
e.
Indikator Kesehatan Mental dalam Islam
1.
Indikator Kesehatan Mental Menurut Said Hawa
Said Hawa menetapkan indikator
kesehatan mental berdasarkan tathhiral-qalh
(penyucian jiwa) dengan indikatornya sebagai berikut:
a)
Sempurna dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan perintah
Allah SWT.
b)
Terlihat efek dari peribadatanya pada sifat-sifatnya yang
utama dan akhlak al-karimah dan melaksanakan hablun minallah dan hablun minannas.
c)
Mempunyai hati yang mantap dalam mentauhidkan Allah SWT.
d)
Tidak mempunyai penyakit hati, yang bertentangan dengan
keesaan Allah SWT.
e)
Jiwa menjadi suci, hatinya menjadi suci, dan pandangannya menjadi jernih.
f)
Seluruh anggota badannya senantiasa berbuat sesuai dengan
apa yang diperintahkan oleh Allah SWT.
2.
Indikator Kesehatan Mental Menurut Ahmad Farid
Ahmad Farid menetapkan indikator Kesehatan Mental berdasarkan kepada agama sebagai
berikut:
a)
Berfokus pada akhirat
b)
Tiada meninggalkan zikrullah
c)
Selalu merindukan untuk beribadah kepada Allah
d)
Tujuan hidupnya hanya Kepada Allah
e)
Kyusu’ dalam menegakkan shalat dan lupa akan segala urusan dunia
f)
Menghargai waktu dan tidak bakhil harta
g)
Tidak berputus asa dan tidak malas untuk berzikir
h)
Mengutamakan kualitas perbuatan
3.
Indikator Kesehatan Mental Menurut Zakiah Daradjat.
Zakiah Daradjat menetapkan indikator
kesehatan mental dengan memasukkan unsur keimanan dan ketaqwaan, sebagai berikut:
a)
Terbebas dari gangguan dan penyakit jiwa
b)
Terwujudnya keserasian antara unsur-unsur kejiwaan
c)
Mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan diri secara
fleksibel dan menciptakan hubungan yang bermanfaat dan menyenangkan antar
individu
d)
Mempunyai kemampuan dalam mengembangkan potensi yang
dimiliknya serta memanfaatkannya untuk dirinya dan orang lain
e)
Beriman dan bertakwa kepada Allah dan selalu berupaya
merealisasikan tercipta kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat.
4.
Indikator Kesehatan Mental Menurut Al-Ghazali.
Seluruh aspek kehidupan manusia baik hablun minanallah, hablun minannas, dan hablun min al-alam. Menurutnya ada tiga indikator yang menentukan kesehatan mental seseorang yaitu:
a)
Keseimbangan yang terus menerus antara jasmani dan rohani dalam, kehidupan manusia.
b)
Memiliki kemuliaan akhlak dan kezakiyahan jiwa, atau
memiliki kualitas iman dan takwa yang tinggi.
c)
Memiliki makrifat tauhid kepada Allah
B.
Pola-pola
Pemahaman Kesehatan Mental
1. Pola
negative (salaby) bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari
neurosis.
2. Pola
positif (ijaby) bahwa kesehatan mental adalah kemampuan individu dalam
penyesuaian terhadapdiri sendiri dan terhadap lingkungan sosialnya. Pola ini lebih
umum dan lebih luas dibandingkan dengan pola pertama. Hanna Djumhana Bastaman
mendefinisikan kesehatan mental empat pola, yaitu :
a.
Pola Simtomatis : pola yang berkaitan
dengan gejala dan keluhan, gangguan atau penyakit.
b.
Pola penyesuaian diri : pola yang berkaitan dengan keaktifan seseorang dalam
memenuhi tuntutan lingkungan tanpa kehilangan harga diri atau memenuhi
kebutuhan diri pribadi tanpa mengganggu hak-hak orang lain.
c.
Pola pengembangan potensi : pola yang
berkaitan dengan kualitas khas insan, seperti kreatifitas, produktifitas,
kecerdasan, tanggung jawab.
d.
Pola agama : pola yang berkaitan dengan
ajaran agama. Atkinson menentukan kesehatan mental dengan kondisi normalitas
kejiwaan, yaitu kondisi kesejahteraan emosional seseorang. Lebih lanjut Atkinson
menyebutkan ada enam indikator normalitas kejiwaan yaitu :
a) Persepsi
realita yang efisien
b) Mengenali
diri sendiri
c) Kemampuan
mengendalikan perilaku secara sadar
d) Harga
diri dan penerimaan
e) Kemampuan
untuk membentuk ikatan kasih
f) Produktifitas
Berpijak
pada pola di atas, Zakiah Daradjat secara lengkap mendefinisikan kesehatan
mental dengan terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi
kejiwaan dan terciptannya penyesuaian diri anatar individu dengan dirinya
sendiri dan lingkungan berdasarkan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk
mencapai kehidupan yang bermakna dan bahagia dunia dan akhirat.
C.
Tanda-tanda Kesehatan Mental dalam
Islam
Menurut Muhammad Mahmud terdapat 9
macam tanda-tanda kesehatan mental dalam Islam, yaitu:
Pertama
: kemapanan, ketenangan, dan rileks.
Kata “sakinah” memiliki arti kemapanan disebabkan memiliki tempat tinggal atau
wilayah yang menetap dan tidak berpindah-pindah. Ketenangan di dalam istilah
sakinah tidak berarti statis atau tidak bergerak, sebab dalam “sakinah”
terdapat aktivitas yang disertai dengan perasaan tenang, seperti orang yang
melakukan kerja dengan disertai rasa tenang. Sedangkan rileks merupakan akibat
dari sakinah dan thuma’ninah, yaitu keadaan batin yang santai, tenang, dan
tanpa adanya tekanan emosi yang kuat, meskipun mengerjakan pekerjaan yang amat
berat. Seseorang yang memiliki jiwa yang kotor dan penuh dosa karena maksiat,
maka elemen-elemen yang jahat mudah bersenyawa dan membentuk komposisi tubuh
yang gampang terkena goncangan, keresahan, dan kebimbangan.
Kondisi mental yang tenang dan
tentram dapat digambarkan dalam tiga bentuk, yaitu: (1) adanya kemampuan
individu dalam menghadapi perubahan dan persoalan zaman. Misalnya jika ia
terkena musibah maka musibah itu diserahkan dan dikembalikan kepada Allah (QS.
Al-Baqarah : 156); (2) kemampuan individu dalam bersabar mengahadapi
persoalan-persoalan hidup yang berat, misalnya cobaan akan ketakutan dan
kemiskinan (QS. Al-baqarah : 155); dan (3) kemampuan individu untuk optimis dan
menganggap baik dalam menempuh kehidupan, sebab setiap ada kesulitan pasti akan
datang kemudahan (QS. Al-insyirah: 4-5).
Kedua, memadahi dalam beraktivitas.
Seseorang yang mengenal potensi, keterampilan dan kedudukannya secara baik maka
ia dapat bekerja dengan baik pula, dan hal itu merupakan tanda dari kesehatan
mentalnya. Firman Allah SWT : “Supaya
mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan
mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?” (QS.Yasin: 35).
Sabda Nabi SAW : “Makanan yang lebih baik dimakan oleh
seseorang adalah makanan yang berasal dari jerih payahnya sendiri, sebab Nabi
Dawud makan dari hasil kerjanya sendiri.” (HR.Al-Bukhari)
Ketiga, menerima keberadaan dirinya dan
keberadaan orang lain. Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang menerima
keadaan sendiri, baik berkaitan dengan kondisi fisik, kedudukan, potensi,
maupun kemampuannya, karena keadaan itu merupakan anugrah dari Allah SWT.
Anugrah Tuhan yang diberikan kepada manusia terdapat dua jenis, yaitu: (1)
bersifat alami. Manusia yang sehat akan mensyukuri anugrah itu tanpa
mempertanyakan mengapa Tuhan menciptakan seperti itu, sebab di balik
penciptaan-Nya pasti terdapat hikmah yang tersembunyi; (2) dapat diusahakan.
Manusia yang sehat tentunya akan mengerahkan segala daya upayanya secara
optimal agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Tanda kesehatan mental yang
lain adalah adanya kesediaan diri untuk menerima segala kelebihan dan
kekurangan orang lain, sehingga ia mampu bergaul dan menyesuaikan diri dengan
orang lain.
Keempat, adanya kemampuan untuk memelihara
atau menjaga diri. Artinya, kesehatan mental seseorang ditandai dengan
kemmapuan untuk memilah-milah dan mempertimbangkan perbuatan yang akan
dilakukan. Perbuatan yang hina dapat menyebabkan psikopatologi, sedangkan
perbuatan yang baik menyebabkan pemeliharaan kesehatan mental.
Kelima, kemampuan untuk memikul tanggung
jawab, baik tanggung jawab keluarga, sosial, maupun agama.
Keenam, memiliki kemampuan untuk berkorban
dan menebus kesalahan yang diperbuat.
Ketujuh, kemampuan individu untuk membentuk
hubungan sosial yang baik yang dilandasi sikap saling percaya dan saling
mengisi.
Kedelapan, memiliki keinginan yang realistik,
sehingga dapat diraih secara baik.
Kesembilan, adanya rasa kepuasan, kegembiraan
dan kebahagiaan dalam mensikapi atau menerima nikmat yang diperoleh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Kesehatan Mental menurut
Barat adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan jiwa
atau mental yang
bertujuan mencegah timbulnya gangguan atau penyakit mental dan gangguan emosi,
dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental serta
memajukan kesehatan jiwa rakyat.
Pengertian Kesehatan Mental menurut Islam adalah terwujudnya keserasian yang
sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan yang
terciptanya penyesuaian diri antara manusia dangan dirinya
sendiri dan lingkungannya, Berlandaskan keimanan dan ketaqwaan,
serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di
akhirat.
Pola pemahaman kesehatan mental yaitu : Pola
negative (salaby), dan Pola positif
(ijaby).
Tanda-tanda kesehatan mental yaitu : kemapanan, memadahi dalam
beraktivitas, menerima keberadaan dirinya dan keberadaan orang lain, adanya
kemampuan untuk memelihara atau menjaga diri, kemampuan untuk memikul tanggung
jawab, memiliki kemampuan untuk berkorban dan menebus kesalahan yang diperbuat,
kemampuan individu untuk membentuk hubungan sosial yang baik yang dilandasi
sikap saling percaya dan saling mengisi, memiliki keinginan yang realistik sehingga
dapat diraih secara baik, dan adanya rasa kepuasan serta kegembiraan dan
kebahagiaan dalam mensikapi atau menerima nikmat yang diperoleh.
B. Saran
Makalah kesehatan mental dalam psikologi islam bisa
bermanfat bagi pembaca dan penulis, serta mempraktekkan dalam kehidupannya. Kami berharap pembaca bisa melanjutkan makalah ini dan
memperbaiki kekurangan yang ada dalam makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Yusak
Burhanuddin; Kesehatan Mental; Penerbit Pustaka Setia; Bandung; 1999;
Hal.12.
Zakiah Daradjat (1985:10-14)
Mustafa
Fahmi, Kesehatan Jiwa dalam Keluarga,
Sekolah dan Masyarakat. (Jakarta: Bulan Bintang, 1977) cet. 1, h. 20
Jalaluddin, Psikologi Agama. (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008) h. 160
Ramayulis,Haji,.
Op., cit, h. 130
Ramayulis,Haji,.
Op., cit, h. 152
Ramayulis,Haji,
Psikologi Agama. (Jakarta: Kalam
Mulia, 2002), h.128
[3] Mustafa
Fahmi, Kesehatan Jiwa dalam Keluarga,
Sekolah dan Masyarakat. (Jakarta: Bulan Bintang, 1977) cet. 1, h. 20
0 komentar:
Posting Komentar