BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manuia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia
menurut ukuran normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia
tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam
sistem pendidikan formal ( sekolah ) saja. Manusia selama hidupnya selalu akan
mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkunga
itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Dengan kata lain proses
perkembangan pendidikan manusia untuk mencapai hasil yang maksimal tidak hanya
tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga
tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada diluar lingkungan formal.
1. Fungsi Pendidikan
a. Pendidikan Sebagai Penegak Nilai
Pendidikan merupakan penegak nilai dalam masyarakat dengan
artian memelihara serta menjaga tetap lestarinya nilai-nilai tersebut dalm
masyarakat. Untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai ini dengan sendirinya
dunia pendidikan harus selektif agar tidak menimbulkan gejolak-gejolak dalam
masyarakat.
b.
Pendidikan Sebagai Sarana Pengembang
Masyarakat
Proses pendidikan selalu terjadi dalam lingkungan masyarakat,
dan pendidikan bertujuan untuk mengembangkan masyarakat itu sendiri. Proses
tersebut akan berlangsung terus-menerus selama masyarakat itu masih ada.
Orang-orang dewasa dalam suatu masyarakattertentu akan mejadi pendidik dalam
lingkungan keluarganya masing-masing.
c. Pendidikan Sebagai Upaya
Pengembangan Potensi Manusia
Dalam mengembangkan nilai-nilai yang hidup ditengah-tengah
masyarakat ini secara langsung ataupun tidak langsung akan terkait dengan
pengembangan kemampuan masyarakat, dan sangat erat hubungannya dengan
pembentukan anggota masyarakat yang luwes yang bisa berperan sebagai anggota
masyarakat yang baik dan bisa berperan sebagaimana mestinya.
B. Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial (Social Stratification)
berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang
berarti lapisan. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai
pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
Beberapa defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli:
a. Pitirim A.
Sorokin
Mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki)
b.
Max Weber
Mendefinisikan stratifikasi sosial
sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial
tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan,
previllege dan prestise.
c.
Cuber
Mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori
dari hak-hak yang berbeda
d.
Drs. Robert.
M.Z. Lawang
Sosial
Stratification adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu system
social tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan,
privilese, dan prestise.
Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas
sosial sering kali di samakan, padahal di sisi lain pengertian antara
stratifikasi sosial dan kelas sosial terdapat perbedaan. Penyamaan dua konsep
pengertian stratifikasi sosial dan kelas sosial akan melahirkan pemahaman yang
rancu. Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pengelompokan orang kedalam
tingkatan atau strata dalam heirarki secara vertical. Membicarakan stratifikasi
sosial berarti mengkaji posisi atau kedudukan antar orang/sekelompok orang
dalam keadaan yang tidak sederajat. Adapun pengertian kelas sosial sebenarnya
berada dalam ruang lingkup kajian yang lebih sempit, artinya kelas sosial lebih
merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam sebuah stratifikasi
sosial. Kelas sosial cenderung diartikan sebagai kelompok yang anggota-anggota
memiliki orientasi polititik, nilai budaya, sikap dan prilaku sosial yang
secara umum sama.
Dengan demikian, dapat saya simpulkan bahwa
stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan
kelas-kelas yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi
kekuasaan, previllege (hak istimewa atau kehormatan) dan prestise (wibawa).
C.
Dimensi Stratifikasi Sosial
Diantara lapisan atasan dengan yang terendah,
terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atasan tidak
hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan
tetapi, kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya, mereka yang
mempunyai uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan juga
mungkin kehormatan. Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk
menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah
sebagai berikut:
1. Ukuran Kekayaan
Barang siapa
yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan
tersebut misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil
pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang
dipakainya., kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
2. Ukuran
Kekuasaan
Barang siapa
yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan
atasan.
3.
Ukuran
Kehormatan
Ukuran
kehoramatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan kekuasaan.
Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran
semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya
mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
4. Ukuran Ilmu
Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran
dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran
tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif kerana
ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar
kesarjanaanya. Sudah tentu hak yang demikian memacu segala macam usaha untuk
mendapatkan gelar, walaupun tidak halal.
Dapat
saya simpulkan bahwa dalam dimensi stratifikasi sosial ada empat yang mendorong
seseorang untuk disegani maupun dihormati dalam konteks stratifikasi sosial.
Yang pertama adalah kekayaan. Dengan adanya suatu kekayaan, orang akan membeli
apa saja yang dia mau. Yang kedua adalah kekuasaan. Kekuasaan akan digunakan
sebagai penundukan seseorang yang berada dibawahnya. Yang ketiga adalah
kehormatan, dimana seseorang akan disegani oleh masyarakat jika ia adalah tokoh
utama dan yang di sepuhkan di masyarakat itu. Yang keempat adalah ilmu
pengetahuan, jika seseorang pendidikannya tinggi dan dia sudah mendapatkan
gelar doktor maupun magister, secara tidak langsung akan ada rasa sistem kelas
terhadap seseorang yang tidak pernah sama sekali menduduki bangku sekolah.
D. Dampak
Stratifikasi Sosial
Adanya sistem lapisan
masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat
itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan
bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi
dengan sendirinya adalah kepandaiaan, tingkat umur (senior), sifat keaslian
keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam
batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang digunakan bagi tiap-tiap masyarakat
diantaranya : Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu hewan alasan utama
adalah kepandaian berburu. Sedangkan pada masyarakat yang telah menetap dan
bercocok tanam, maka kerabat pembuka tanah (yang dianggab asli) dianggab
sebagai orang-orang yang menduduki lapisan tinggi. Hal ini dapat dilihat
misalnya pada masyarakat Batak, di mana marga tanah, yaitu marga yang
pertama-tama membuka tanah, dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi.
E. Pendekatan
dalam Stratifikasi sosial
Ada
tiga pendekatan dalam mempelajari stratifikasi sosial:
1. Metode obyektif
Yaitu suatu penilaian
obyektif terhadap orang lain dengan melihat dari sisi pendapatannya, lama atau
tingginya pendidikan dan jenis pekerjaan. Pendekatan ini lebih mengarah kepada
fisik seseorang.
2. Metode subyektif
Dalam metode ini strata
sosial dapat dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat yang menilai
dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat. Pendekatan ini lebih kepada
kedudukan seseorang dalam bermasyarakat.
3. Metode reputasi
Dalam metode ini golongan
sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan
masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu. Pendekatan ini lebuh kepada
penyesuaian seseorang dalam bermasyarakat.
F. Teori-teori Stratifikasi
Sosial
Ada beberapa teori yang harus kita pahami dalam
memplajari stratifikasi social:
1. Teori Evolusioner-Fungsionalis
Dikemukakan oleh ilmuwan sosial yaitu Talcott parsons. Dia menganggap bahwa
evolusi sosial secara umum terjadi karena sifat kecenderungan masyarakat untuk
berkembang, yang disebutnya sebagai ”kapitalis adaptif”
2. Teori Surplus Lenski
Sosiolog Gerhard Lenski mengemukakan bahwa makhluk yang mementingkan diri
sendiri dan selalu berusaha untuk mensejahterakan dirinya.
3. Teori Kelangkaan
Teori kelangkaan beranggapan bahwa penyebab utama timbul dan semakin
intensnya stratifikasi disebabkan oleh tekanan jumlah penduduk.
4. Teori Marxian
Menekankan pemilikan kekayaan pribadi sebagi penentu struktur strtifikasi.
5. Teori Weberian
Menekankan pentingnya dimensi stratifikasi tidak berlandaskan dalam
hubungan pemilikan modal.
Dengan
demikian, ada 5 teori yang harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial,
diantaranya teori Evolusioner-Fungsionalis yang mengarah
kepada kecenderungan perkembangan masyarakat, teori Surplus Lenski yang mengarah kepada egoisme, teori Kelangkaan
yang mengarah kepada tekanan jumlah penduduk, teori Marxian
mengarah kepada kekayaan seseorang menentukan stratifikasi sosial, sedangkan
teori Weberian yang menagarah kepada stratifikasi tidak
berlandasan kepemilikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
uraian-uraian yang telah saya paparkan diatas, maka dapat saya simpulkan bahwa
Stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan
kelas-kelas yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi
kekuasaan, previllege dan prestise. Stratifikasi sosial terbagi menjadi tiga
kelompok, yaitu stratifikasi tertutup, terbuka maupun campuran. Stratifikasi
tertutup yaitu seseorang ketika sudah tergolong menjadi kelas tinggi, dia tidak
akan menjadi kelas bawah dan sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu seseorang
yang berada dikelas bawah bisa naik ke kelas atas dengan usahanya yang bersungguh-sungguh.
Sedangkan stratifikasi campuran yaitu seseorang awalnya dihormati karena
terdapat didalam kelas atas, namun tiba-tiba berbalik arah karena harus
menyesuaikan tempat ia tinggal.
Dalam dimensi
stratifikasi sosial ada 4 yang dapat tergolongkan, yaitu kekayaan, kekuasaan,
ehormatan, ilmu pengetahuan. Semuanya akan berdampak terwujudnya hukum rimba,
dimana yang tergolong menjadi kelas atas sepenuhnya akan memegang peranan kelas
bawah. Didalam stratifikasi sosial ada tiga pendekatan yang digunakan, yaitu:
metode obyektif yang mengarah kepada secara fisiknya, metode subyektif yang
mengarah pada kedudukan dalam masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah
kepada penyesuaian seseorang dalam bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani,
Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi Aksara, (Jakarta :
IKAPI, 1994).
Davis Kingslay, Human Society, cetakan
ke-13, ( New York: Macmillan Company, 1960 ).
Karsidi Ravik. Sosiologi
Pendidikan. (Surakarta,
UNS press,
2007).
0 komentar:
Posting Komentar